Kamis, 22 Desember 2011

TIPS KURSUS BAHASA INGGRIS GARANSI SAMPAI LANCAR

Oleh: M. Abdullah

Bahasa Inggris, sebagai salah satu bahasa Internasional, membuat banyak orang berusaha sebisa mungkin untuk menguasainya. Momen itu memunculkan ide baru bagi mereka yang mempunyai jiwa dagang, dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan kursus bahasa Inggris. Mulai dari kursus-kursus non formil di rumah-rumah, sampai dengan institusi resmi di gedung-gedung bergengsi dengan menggunakan nama institut atau universitas.

Tak ayal, hal itu melahirkan pemain-pemain yang kian “kasar” guna mendapatkan profit setinggi-tingginya dari para konsumen yang haus akan bahasa Inggris. Di tangan mereka, bahasa Inggris menjadi barang dagangan yang sangat variatif. Dia bisa dibentuk dan diukir ibarat kayu Mahoni. Dia juga bisa dibingkai dan diberi hiasan warna-warni ibarat sebuah rumah yang mau dijual. Bisa juga diibaratkan kue ulang tahun yang ditempeli lilin-lilin kecil, yang mencoba memikat setiap orang yang melihatnya. Malah, supaya memasyarakat, bahasa Inggris mereka identikkan dengan PANCI yang biasa bertebaran di dapur-dapur.




Ringkasnya, berbagai cara dilakukan supaya barang dagangan mereka laris manis, terjual habis. Karena terbukti para konsumen yang haus akan bahasa hiburan itu, tidak ragu-ragu dan tidak malu-malu merogoh kocek dalam-dalam setelah melihat dagangan yang menggiurkan tsb. Para konsumen bisa dengan mudah membelanjakan hartanya, karena bahasa Inggris dikemas dalam buku yang sampulnya begitu menyilaukan mata. Bisa juga mereka terpana dengan gedung yang megah yang di dalamnya ada institusi yang mengajarkan bahasa Inggris, sehingga berapapun ongkos belajar, mampu mereka bayar. Ada juga yang terhipnotis oleh iming-iming tenaga marketing dan penampilan para kru lembaga tsb yang nampak memikat, sehingga baru menatap wajah mereka saja, seolah-olah sudah berada di Travalgar Square, London. Lallu tanpa ragu merekapun mendaftar menjadi peserta kursus.

Tapi setelah beberapa kali pertemuan, para konsumen itu tidak kunjung datang lagi untuk belajar, karena beberapa faktor, bisa jadi bosan, jenuh, malas, sibuk, kecewa, dll, karena mereka baru sadar, bahwa mereka bukan berada di Travalgar Square, melainkan di Kampung Rambutan.

Faktor-faktor internal (bosan, jenuh, malas, sibuk, kecewa dengan kwalitas lembaga kursus) para peserta kursus itulah yang lantas memunculkan ide cemerlang bagi para “pedagang” bahasa Inggris. Para saudagar itu lantas menempel embel-embel pada jualan mereka berupa :

- Garansi / Jaminan Belajar bahasa Inggris SAMPAI BISA atau SAMPAI LANCAR
- Waktu belajar fleksible, kapan saja belajar bisa
- Tempat belajar juga tidak harus dikelas, bisa di mana saja
- Gratis pengulangan tanpa dipungut biaya
- Tanpa harus menghafal grammar
- Tanpa harus menghafal vocabulary (kosa kata)
- Satu siswa diajar satu guru
- Suasana belajar yang menyenangkan (Fun)

Mengapa mereka berani memberikan slogan-slogan kursus bahasa Inggris seperti itu pada iklan mereka? Karena berdasarkan pengalaman, mereka yakin, hanya sedikit peserta kursus yang mau belajar sampai selesai. Rata-rata setelah SEPULUH kali pertemuan mereka tidak akan pernah datang lagi. Karena mereka yakin, para peserta itu hanya pada AWAL-AWALnya saja rajin datang.

Dari seratus peserta kursus bahasa Inggris, mungkin hanya sepuluh saja yang rajin datang sampai selesai. Sisanya tenggelam dalam dunia mereka masing-masing. Karena semangat hangat-hangat tai ayam itulah, para pengelola kursus berusaha menyedot duit para peserta kursus dengan membayar di muka. Sebab kalau membayar setengah atau seperempat dulu, pasti mereka tidak akan datang untuk membayar lagi, karena beberapa faktor di atas.

Tapi untuk membayar lunas di muka bukanlah perkara enteng. Harus ada trik-trik khusus dan jurus-jurus ampuh supaya calon siswa mau membuka dan menumpahkan isi dompet mereka. Di antaranya adalah dengan merekrut tenaga marketing yang secara berkesinambungan diberi latihan-latihan menarik hati calon konsumen. Ditambah dengan REWARD berupa komisi dan bonus-bonus yang menyilaukan mata, seperti HP terbaru, sepeda motor terbaru, atau mungkin mobil terbaru, atau satu unit rumah bergaya mediterania, bila penjualan bisa menembus grafik yang ditargetkan.

Bila tidak mencapai target? Di sini PUNISHMENT berlaku. Mereka akan diberi tindakan berupa Surat Peringatan sampai dengan pemecatan. Akibatnya para marketing itu lantas berusaha sebisa mungkin menggaet konsumen dengan berbagai cara dan ragam. Berbagai janji dan iming-iming mereka utarakan. Apa pun yang diminta calon “pembeli” akan diiyakan dan akan dikabulkan, kelak, bila sudah membayar lunas program yang dibeli. Ditambah lagi calon klien ditakut-takuti bahwa waktu pendaftaran dibatasi, peserta kursus bahasa Inggris juga dibatasi.

Banyak yang termakan bualan para marketing kursus bahasa Inggris tsb, dan banyak juga yang hanya menyerahkan tanda jadi atau down payment. Efeknya bagi para konsumen yang terlanjur mendaftar dan membayar adalah kekecewaan karena setelah menyerahkan uang mereka berjuta-juta, yang mereka dapatkan jauh berbeda dari yang dijanjikan. Tidak heran kalau di beberapa milis, forum, bahkan facebook, blog, muncul tulisan-tulisan para siswa, yang curhat dengan kwalitas lembaga pendidikan semacam itu. Dan janji-janji seperti yang mereka iklankan pun jauh dari kenyataan. Mengapa?

Pertama, Jaminan belajar sampai lancar dan gratis pengulangan sampai bisa. Bait pertama bunyi iklan ini pun bertentangan sekali dengan kenyataan. Sebab setiap siswa yang belajar bahasa Inggris dijatah waktu belajarnya. Ada yang 4000 menit, 6000 menit sampai 10,000 menit. Bila menit sudah lewat, bagaimana pun belajar harus diusahakan selesai, sudah lancar atau masih gagap berbahasa Inggris.

Kedua, Waktu belajar kursus bahasa Inggrisnya fleksibel. Bisa belajar kapan saja. Jelas sekali mengada-ada, sebab jam buka kursusnya seperti jam buka kantor biasa. Sedangkan hari libur dan minggu tutup. Bagaimana dengan mereka yang ingin belajar di luar jam-jam tsb? Belum lagi jumlah pengajar yang tidak seimbang dengan jumlah muridnya, yang menyebabkan banyak siswa yang tidak bisa belajar karena tidak kebagian guru, karena seperti disebut di atas, satu siswa diajar oleh satu guru.

Ketiga, belajarnya bisa di mana saja. Ternyata ini bisa dilakukan dengan cara si peserta kursus menelpon ke lembaga kursus tersebut, bisa dari rumah, kantor, atau di pohon kelapa, dan tentu saja pulsanya ditanggung si peserta kursus. Dus, tambah lagi biaya setelah menggelontorkan dana berjuta-juta banyaknya.

Keempat, gratis pengulangan. Tentu saja gratis, sebab rata-rata hanya 10 dari 100 siswa kursus bahasa Inggris yang datang lagi. Itu pun mereka yang dipaksa orangtuanya belajar, dipaksa istri / suami datang, atau yang takut rugi karena sudah terlanjur membayar lunas. Atau mereka yang putus asa, karena setiap kali hendak belajar, tidak pernah kebagian pengajar / guru. Jadi tidak heran, dari 400 siswa, bisa ditangani oleh 10 tenaga pengajar saja secara privat.

Kelima dan keenam, tanpa harus menghafal grammar dan vocabulary. Ini nonsense besar. Sebab kalau ada peserta kursus bahasa Inggris yang nggak ngerti-ngerti, tetap disuruh oleh mentornya untuk menghafalkan kosa kata-kosa kata dan hukum-hukum grammarnya. Jangankan orang kita, orang Amrik dan Inggris sekalipun tetap harus MENGHAFAL kosa-kata – kosa-kata bahasa mereka sendiri. Sungguh iklan yang MENYESATKAN!

Ketujuh, KWALITAS para instruktur / pengajar lembaga kursus bahasa Inggris semacam itu sama dengan guru-guru bimbel (bimbingan belajar) di lingkungan Anda. Mereka hanya menang dalam penampilan mereka yang dibuat sedemikian rupa supaya terkesan intelek. Padahal dalam hal grammar saja, banyak yang nilainya jeblok ketika diadakan tes. Walaupun para pengajarnya tidak lulus TOEFL, marketingnya berani menjanjikan calon siswa yang hendak belajar TOEFL. Walaupun lidah para instrukturnya masih terasa kaku bercakap-cakap dalam bahasa Inggris yang paling dasar sekalipun, marketingnya berani menarik siswa yang sudah sangat senior dalam berbahasa Inggris (karena sehari-hari si siswa tsb bergaulnya dengan orang Eropa dan Amerika). Walaupun setiap siswa diberi buku panduan yang tebalnya seperti kaki gajah bengkak (sudah kaki gajah, bengkak lagi), mereka tetap menerima murid yang usianya baru 3 tahun, yang tentu saja, belum mengerti membaca, apalagi menulis. Dan walaupun-walaupun yang lainnya yang tidak cukup saya tuliskan di sini.

Melihhat kenyataan seperti itu, tentu saja belajar bahasa Inggris model begini jauh dari EASY and FUN, Mudah dan Menyenangkan, tapi malah buang-buang duit pemborosan.

Apakah kursus bahasa Inggris dengan model iklan dan mengamalkan modus operandi seperti itu harus dieliminasi, dan tidak layak kita ikuti? Tidak juga. Formula-formula yang dilantunkan pada iklan mereka bisa saja kita laksanakan. Hanya saja tidak perlu biaya berjuta-juta.

Sebetulnya hanya dengan SEPULUH kali pertemuan (secara privat / one on one) saja, peserta kursus bahasa Inggris sudah bisa memahami materi-materi dasar bahasa Inggris. Kalau biaya satu kali pertemuan Rp.50,000, berarti cukup dengan Rp.500,000,- para siswa bisa belajar dengan metode seperti itu. Mengenai gratis pengulangan, tanpa harus menghafal grammar dan kosakata, itu BISA DIATUR DENGAN JANJI TERLEBIH DAHULU, KARENA SIFATNYA HANYA KONSULTASI DAN NGOBROL-NGOBROL (conversation) BIASA. Para siswa pun tidak akan komplen macam-macam, karena mereka tahu, apa yang mereka dapatkan ternyata SAMA DENGAN, atau bahkan LEBIH BAGUS daripada lembaga kursus yang berada si gedung-gedung pencakar langit itu. Penulis sudah membuktikannya dan berhasil. Jadi kalau Anda merasa mampu mengajar bahasa Inggris, Anda pun bisa membuat iklan yang lebih bombastis daripada yang di atas.
Ingat! English is EASY TO SPEAK AND CHEAP! Bahasa Inggris itu MUDAH dan MURAH!
Ngomong-ngomong, dari mana penulis tahu mengenai lika-liku lembaga kursus bahasa Inggris yang punya bait-bait iklan, marketing dan instruktur yang heboh itu? Bukan hanya tahu, tapi malah pernah memberi training dan mengasuh para pengajar lembaga semacam itu, bagaimana memahami materi bahasa Inggris dan cara mengajarnya, sebelum akhirnya hengkang, setelah lebih dari dua tahun bekerja di dalamnya.

Selamat Mencoba!

Memilih Tempat Kursus Bahasa Inggris

Memilih Tempat Kursus Bahasa Inggris

Oleh: M. Abdullah (Abe)

Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional membuat semua orang

berlomba-lomba untuk bisa menggunakannya. Hal itu dilihat para ahli

pemasaran sebagai peluang untuk mengeruk fulus sebanyak-banyaknya,

sehingga mereka tak segan-segan membuka biro jasa bahasa Inggris.

Karena bagi mereka, bahasa Inggris disamakan dengan Surat Izin

Mengemudi alias SIM.

Saking banyaknya “biro jasa“ yang menawarkan diri bisa membuat Anda

bercasciscus dalam bahasa Inggris, Anda jadi bingung, mau pilih yang

mana. Apalagi setiap lembaga kursus itu mengklaim dirinya sebagai

institusi yang paling bagus. Tidak ada yang mau jujur berdagang,

dengan menyampaikan kekurangan-kekurangan mereka. Mirip para penjual

buah di pasar-pasar tradisional, hanya memperlihatkan buah yang

mulus-mulus di permukaannya saja, tapi di bagian bawahnya ada yang

peot, ada yang kisut, ada yang keriput dan mungkin ada juga yang

busuk.

Sebagai konsumen Anda harus berhati-hati memilih, jangan sampai kecewa

setelah mengeluarkan uang dari hasil jerih payah Anda membanting

tulang dari pagi sampai sore, sebulan penuh. Berikut ini ada tips

bagaimana memilih tempat kursus bahasa Inggris yang baik.

Pertama, JANGAN TERMAKAN IKLAN. Belum tentu iklan yang penampilannya

mewah dengan memajang gambar-gambar model keren (yang diambil dari

internet), bisa memberikan apa yang Anda inginkan. Mendaftarlah ke

sebuah lembaga kursus, berdasarkan kebutuhan Anda, bukan karena

melihat iklan.

Kedua, kalau Anda tertarik juga oleh iklan, atau DIITARIK-TARIK terus

oleh yang masang iklan itu, selidiki dulu, apa betul kalimat-kalimat

indah dalam iklan, sama dengan kenyataan. Caranya menyelidiki adalah

dengan menanyakan kurikulumnya, buku pedomannya, metode mengajarnya,

pengajarnya sudah pengalaman atau belum dll. Ingat, Anda harus betul-

betul melihat bentuk fisik bukunya sebelum mendaftar! Jangan sampai

bukunya hanya berisi tulisan-tulisan yang dicopy dari internet. Sebab

banyak lembaga kursus yang MODULnya hanya asal comot dari internet,

lengkap dengan gambar ilustrasinya.

Parahnya lagi, satu jenis modul itulah yang digunakan untuk mengajar

balita, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Bahasa Inggris untuk

ibu rumah tangga, karyawan, pengangguran, pencari kerja, pedagang,

bahkan yang ingin meningkatkan karirpun, MODULNYA ITU-ITU JUGA. Mereka

yang masih ada di level beginner, intermediate, atau sudah advanced

sekalipun, MODULNYA juga itu-itu. Mungkin karena saking “saktinya”

sang modul, yang mau belajar TOEFL, IELTS, atau ingin belajar jadi

native speaker, disodori buku yang tebalnya sekaki gajah bengkak tsb

(sudahlah kaki gajah, bengkak lagi).




Mengenai pengajarnya, Anda juga harus ketemu langsung dengan calon

pengajar Anda. Jangan sampai para pengajar itu adalah PENGAJAR

KARBITAN, yang dipaksa masak sebelum waktunya matang. Belum tentu

TENTOR / MENTOR yang penampilannya gemerlap seperti bintang-bintang

sinetron, skill bahasa Inggrisnya juga gemerlap.

Ketiga, JANGAN MAU bila disuruh membayar KONTAN di muka. Apalagi kalau

nilainya sampai berjuta-juta. Kalau Anda membayar kontan di muka, Anda

tidak akan bisa menariknya kembali, walaupun Anda kecewa dengan metode

pengajaranya atau dengan kwalitas pelayanannya. Jangan harap Anda bisa

menarik uang Anda kembali bila, misalkan, Anda berhalangan hadir.

Justru dengan membayar kontan itulah, maka Anda TIDAK PUNYA KESEMPATAN

untuk merasakan dahulu kwalitas para pengajarnya. Bila anda tidak

dating lagi, itulah yang diharapkan para marketing kursus itu, sebab

mereka bisa mencari yang lain lagi untuk dimangsa, karena lembaga

kursus semacam itu biasanya hanya MENGGENJOT profit, bukan

mengedepankan kwalitas.

Kursus yang baik adalah yang metode pembayarannya bersifat bulanan,

dan bukan jor-joran seperti itu. Dengan membayar bulanan, bila Anda

ingin “cabut” karena berbagai alasan, maka Anda tidak akan rugi.

Dengan membayar bulanan, Anda tidak akan dibebani secara financial.

Dengan membayar bulanan, Anda punya kesempatan untuk MENGETES

kemampuan para pengajarnya atau MEMBUKTIKAN kebenaran janji sang

marketing, agen kursus, konsultan kursus, atau apa pun namanya. Lebih

baik kuliah di sastra Inggris sekalian, kalau biaya kursus yang harus

dibayar kontan, sama dengan harga sepeda motor baru.Tapi seandainya

Anda harus membayar kontan dimuka, dan nilainya tidak sampai satu

juta, saya rasa itu wajar-wajar saja.

Keempat, hati-hati terhadap JEBAKAN para marketing, course advisor

(penasehat kursus), konsultan kursus (course consultant) atau apapun

namanya. Para marketing kursus sering mengatakan bahwa pendaftaran

siswa pada bulan ini dibatasi, dan bulan depan biaya kursus sudah naik

harganya. Itu semua hanyalah AKAL BULUS para marketing, course

advisor, course consultant atau apa pun namanya. Sehingga Anda diminta

untuk membayar Tanda Jadi atau DP (Down Payment) supaya JIKA bulan

depan Anda baru bisa kursus, Anda masih kebagian tempat atau membayar

biaya kursus dengan harga bulan ini. Itu semua hanyalah usaha

MENGHIPNOTIS Anda supaya Anda secara tidak sadar mengeluarkan isi

dompet yang sedang Anda bawa. Berapapun DP yang Anda bayarkan, entah

itu sepuluh ribu atau limaribu, tetap akan diterima (sementara biaya

kursusnya berjuta-juta). Kenyataannya BERAPA PUN BANYAKNYA peserta

kursus pada bulan tersebut tetap akan diterima dengan senang hati.

Kenyataannya, biaya kursusnya pun dari mulai buka lembaga kursus tsb

sampai mau bangkrutpun masih berkisar segitu juga.


Kelima, perhatikan bonafiditas lembaga kursus dengan melihat seberapa

sering lembaga tsb memasang IKLAN LOWONGAN KERJA. Hal ini kelihatannya

sepele, tapi dari sini bisa kelihatan, kwalitas suatu institusi.

Sebuah institusi, lembaga atau perusahaan yang setiap bulan, apalagi

setiap minggu memasang iklan lowongan (berarti karyawannya sering

keluar-masuk), bisa dipastikan lembaga tsb berkwalitas ABAL-ABAL. Kok

bisa? Ya pasti, sebab mereka pasang iklan lowongan karena butuh tenaga

kerja. Tapi kenapa iklan lowongannya gak habis-habis? Di Indonesia ini

banyak sekali tenaga produktif yang butuh kerja, apa tidak muat

diakomodir oleh satu perusahaan yang sering pasang iklan lowonga di

surat kabar-surat kabar, internet, bahkan pamphlet-pamflet?




Karena dari iklan lowongan yang dahulu mereka sudah dapat tenaga

kerja, tapi kemudian tenaga kerja tersebut tidak bertahan lama. Bisa

jadi karena ada konflik dengan management, bisa jadi karena suasana

kerja yang kurang nyaman, bisa jadi karena kesejahteraan yang tidak

diperhatikan, bisa jadi Jamsostek / askesnya hanya untuk yang sudah

permanen, bisa jadi bossnya paranoid, bisa jadi HRDnya sok menjaga

wibawa dengan main pecat, bisa jadi gajinya tidak sesuai dengan

skillnya, dll. Otomatis management pasang iklan lowongan lagi. Jadi

begitulah, iklan lowongan dan tenaga kerja terus berputar seperti

lingkaran setan tiada habisnya.

Dampak dari lingkaran setan itu, para peserta kursus yang dirugikan.

Karena type pengajarnya terus berganti-ganti, mereka jadi malas

belajar, karena setiap ganti guru, yang diajarkan itu lagi, itu lagi.

Kalau tenaga pengajarnya terus mener us berganti yang baru, kita pun

dapat kwalitas pengajarannya seperti makan buah mangga karbitan. Belum

matang betul, tapi dipaksa mengajar.

Keenam, perhatikan para guru, instruktur, pengajar, tutor, tumor,

mentor, mentog, bebek, soang atau apa pun namanya, apakah mereka sudah

berpengalaman mengajar atau masih BAU KENCUR alias belum

berpengalaman. Banyak lembaga kursus yang lebih senang memperkerjakan

pengajar yang masih bau kencur alias belum berpengalaman mengajar,

karena biasanya mereka mau dibayar murah. Sehingga lahirlah guru,

instruktur, tutor, mentor, pengajar KARBITAN, yang sebenarnya tidak

punya kapabilitas dalam mengajar tapi dipaksa mengajar. Akibatnya,

lagi-lagi konsumen yang jadi korbanya.

Ketujuh, Jangan TERKESIMA oleh kebesaran suatu lembaga kursus.

Walaupun institusi tsb punya cabang di mana-mana, bukan berarti

kwalitasnya juga besar. Tidak setiap perusahaan yang buka kursus di

setiap kota besar, lantas punya andil bermanfaat bagi kemajuan

intelegensi bangsa. Biasanya mereka buka cabang di tempat lain karena

di tempat yang lama sepi peminat, sehingga modal yang ditanam belum

menyentuh break event point alias balik modal. Dengan membuka cabang

di tempat baru, calon prospek baru, diharapkan bisa nutup modal.

Lembaga semacam itu hanya mengejar KEUNTUNGAN, bukan bermaksud

mencerdaskan bangsa.

Kedelapan, INGAT: English is Easy to Speak and Cheap! Bahasa Inggris

itu Mudah dan Murah! Tapi walaupun mudah dan murah, Bahasa Inggris

bukanlah seperti SIM (Surat Izin Mengemudi) yang DIREKAYASA supaya

bisa dibeli!

Wallahu a’lam bidzunubihim (laisa bisawabihim).

Wassalam.